About This Blog

Our Blogger Templates Web Design

Pink Diamond
RSS

Menyikapi Kegagalan

Kegagalan adalah suatu hal yang lumrah (pantas dan biasa) dihadapi oleh makhluk hidup. Tidak hanya manusia, hewan dan tumbuhan pun pasti pernah mengalami suatu kegagalan. Misalnya pada hewan, sering seekor hewan gagal mencengkeram mangsanya, atau gagal lari dari pemangsanya, sehingga ia tertangkap dan mati dimakan oleh pemangsanya, dan seekor burung yang gagal terbang saat pertama kali sehingga ia jatuh ke tanah dan mati. Sedangkan pada tumbuhan, terkadang ada hewan atau manusia yang merusaknya sehingga ia gagal tumbuh, karena lama tidak hujan ia akhirnya mati kekeringan dan sebagainya.

             Sedangkan pada manusia bentuk-bentuk kegagalan ini semakin kompleks. Setiap lini kehidupan ada fase gagalnya. Diantaranya gagal naik kelas, gagal sembuh, gagal ujian, gagal masalah percintaan bahkan yang kini sedang marak dikalangan remaja adalah gagal ‘move on’. Berbagai macam bentuk kegagalan ini ada yang berskala kecil, sedang dan ada yang berskala besar.

             Gagal skala kecil dan menengah cenderung tidak terlalu mengganggu suasana hati yang berimbas pada gangguan menjalani kehidupan. Sebaliknya, gagal skala besar akan sangat mempengaruhi suasana hati yang berimplikasi pada gangguan menjalani rutinitas kehidupan bahkan kehidupannya. Hal ini tergantung seberapa dewasa (usia psikologis) seseorang. Ada yang mampu mengatasinya dan berhasil move on, ada yang butuh waktu lama untuk move on dan bahkan ada yang sama sekali tidak bisa move.

             Ada pepatah menarik tentang kegagalan, “ Habiskanlah jatah gagalmu sebanyak mungkin secepatnya”. Pepatah ini memberikan gambaran bahwa kegagalan seseorang itu sudah ditentukan berapa sekian kali. Ketika jatah gagal ini habis, yang tersisa adalah jatah berhasil. Dari pepatah ini jika dilihat dari segi pragmatik, maka pepatah ini sebenarnya hendak mengatakan kepada kita untuk jangan menyerah ketika kegagalan melanda. Teruslah bangkit dan berusaha sampai jatah gagal kita habis dan yang tersisa adalah keberhasilan. Intinya sebelum berhasil kita pasti akan gagal dulu, jadi hadapi saja!

             Saya adalah seseorang yang sangat mengadopsi prinsip dari pepatah ini. Sehingga ketika kegagalan menerpa saya, akan terus ada keyakinan bahwa ini jatah gagalyang harus saya ambil dan hadapi. Sehingga mudah bagi saya untuk bangkit dan berusaha lagi sampai jatah gagal saya habis dan sampai saya berhasil. Ada pepatah lain yang menginspirasi saya untuk bisa bangkit dari kegagalan dan terus berusaha adalah pepatah kuno Arab “ idza shodaqol ‘azmu, wadhoha assabiil” atau dalam bahasa Inggris “ Where is the will, there is a way” yang artinya sama-sama jika niat dan keinginan kita kuat terhadap sesuatu pasti akan ada jalan untuk meraihnya. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perluasan Masyarakat Arab

Oleh
Ririn Widiyastuti (0401514019)
Sastra Arab, Universitas Al-Azhar Indonesia

Abstrak
Sebagai suatu bangsa yang memiliki karakter kuat di tengah bangsa-bangsa besar yang lain, Arab adalah bangsa yang melakukan perluasan wilayah secara luar biasa. Hampir dua per tiga daratan di muka bumi pernah dinaungi oleh kaum keturunan bangsa semit ini. Namun, perjalanan ini pun tidak mudah. Ada tahapan-tahapan tertentu yang dilewati hingga mencapai luas maksimal. Pertumbuhan hijaz jahiliyah sampai hijaz modern adalah kajian yang menarik untuk dipelajari. Jurnal ini akan memaparkan hal tersebut secara ringkas.
Keyword : Arab, perluasan, hijaz.
A. Pendahuluan
Islam adalah agama yang diturunkan, tumbuh dan berkembang dari Arab. Namun kala itu, Arab hanya sebatas daerah hijaz atau hanya wilayah Mekkah dan Madinah. Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya Islam di hijaz, daerah-daerah sekitarnya ditakhlukkan dan ada yang menyatakan tunduk di bawah naungan islam, menjadi bagian dari hijaz.
Pasca kematian rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallama, dan estafet kepemimpinan islam diteruskan oleh khulafaur rasyidi, penyebaran agama islam dilakukan secara maksimal dan berkesinambungan. Di antara 4 khulafaur rasyidin, penyebaran islam dan perluasan wilayah terjadi secara besar-besaran ada pada masa khalifah Umar Bin Khattab (kitab tarikh mustawa 4, silsilah….).
Lalu perkembangan pesat dalam perluasan terjadi pada dinasti bani Umayyah dan bani Abbasiyah. Pada masa bani Abbasiyah, luas wilayah islam berada pada puncaknya. Lebih lengkapnya akan dibahas di jurnal ini.
B. Motif Perluasan
Meluasnya daerah yang kita sebut hijaz yang awalnya hanya sebatas mekah dan madinah, kini menjadi sebuah negara Arab Saudi secara menyeluruh ini memiliki beberapa faktor-faktor atau motif perluasan. Di antaranya adalah :
a.      Perintah Allah
Allah menurunkan risalah-Nya pada manusia melalui para nabi dan rasul. Nabi dan rasul diperintahkan untuk menyebarkan risalah tauhid pada masyarakatnya saja. Namun, pada masa nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallama, Allah memerintahkan untuk menyebarkannya pada masyarakat mekah dan madinah saja, namun kepada seluruh umat manusia secara keseluruhan.
Perintah ini disampaikan nabi pada saat pertama kali beliau berdakwah secara terang-terangan. Ketika itu beliau naik ke bukit Shafa dan mengumpulkan semua kaum Qurays dari berbagai bani. Dan berkata :
“ Wahai bani Abdul Muthallib, wahai bani Abdu Manaf, wahai bani Zuhroh, wahai bani Tamim, wahai bani Makhzhum, maka berkumpullah mereka kepadanya –rasu-, bagaimana pendapat kalian jika aku mengabarkan kepada kalian bahwa ada sekelompok penunggang kuda dari balik bukit ini dating menyerang kalian, apakah kalian akan percaya kepadaku?, mereka berkata “benar,tidaklah kami melihat bahwa engkau adalah seorang pendusta”, beliau berkata “ Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepada kalian dan aku adalah utusan Allah kepada kalian pada khususnya dan kepada umat manusia secara keseluruhan……”. (Shahih Muslim,194).

b.      Menyebarkan Risalah

Dakwah islam pada awalnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi lalu turun ayat yang memerintahkan untuk dakwah secara terang-terangan, yakni Q.S Al-Hijr ayat 94. Dakwah secara terang-terangan ini mendapat reaksi keras dari kaum Qurays. Namun, pemeluk islam mulai bertambah. Bertambahnya jumlah pemeluk islam ini membuat kaum Qurays geram dan menambah ancaman bahkan siksaan kepada pemeluk islam.
            Berbagai ancaman dan siksaan diterima oleh kaum muslimin, sehingga rasulullah memerintahkan untuk hijrah ke Habasyah, lalu hijrah ke madinah. Perjuangan dakwah terus mendapat perlawanan bahkan sampai pada peperangan. Hingga sampai pada Fathu Makkah. Pada saat inilah kaum Qurays tunduk pada Islam dan Mekah sepenuhnya berada di bawah kekuasaan islam.
            Demikian seterusnya sejak Fathu Makkah, makin banyak suku-suku di sekitar Mekah dan Madinah yang tunduk dan menyerahkan diri kepada Islam. Hal ini menyebabkan wilayah islam semakin meluas.

C. Tahapan Perluasan
a. Masa Shadrul Islam
Pada awal masa islam hingga wafatnya rasulullah shallahu ‘alaihi wasallama, wilayah islam baru sekitar Mekah, Madinah dan daerah-daerah sekitarnya.
b.      Masa Khulafaur rasyidin
1.      Abu Bakar Ash-Shiddiq
Nama   : Abdullah ibn Abi Qahafah Usman
Bani     : Bani Tamim, Qurays
Periode Kepemimpinan : 2 tahun, 9 bulan, 3 hari.
Ekspansi : - Persia (awal penakhlukan)
-          Irak
-          Syam
-          Romawi
2.      Umar Bin Khattab
Nama   :  Umar Ibn Al Khattab ibn Nufail
Bani     : Bani ‘Adi, Qurays
Periode Kepemimpinan : 13 tahun, 6 bulan
Ekspansi : Penakhlukan wilayah Syam, Romawi, Persia lebih luas dari masa Abu Bakar Ash Shiddiq, diikuti Negara-negara di sekitarnya.
-          Daerah Mada’in (sekitar sungai Trigis)
-          Ibu kota Persia
-          Palestina
-          Al-Quds
-          Mesir
-          Babilonia
-          Wilayah sungai Sand (sekarang Pakistan).
-          Wilayah sungai Jaikhun (sekarang Libya)

3.      Usman bin Affan
Nama : Usman Bin Affan Bin Abi Al-Ash
Bani   : Bani Umayyah, Qurays
Periode Kepemimpinan : 12 tahun
Ekspansi : - Khurrasan
-          Iran, Afganistan, Turkistan
-          Adzar Baijan
-          Thobaristan
-          Turki

4.      Ali bin Abi Thalib
Nama : Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib
Bani   : Qurays
Periode Kepemimpinan : 5 tahun
Ekspansi : - pada masa Ali bin Abi Thalib, hanya terjadi sedikit perluasan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya fitnah-fitnah dan pergolakan internal.

c.       Masa Dinasti Bani Umayyah
Perluasan wilayah Arab pada masa bani Umayyah akan dijelaskan melalui 2 gambar peta berikut ini :
Gambar 1.01. perkembangan wilayah
 pada masa Rasulullah
hingga dinasti Bani Umayyah










Gambar 1.02. peta ekspansi pada masa dinasti Umayyah
d.      Masa Dinasti Bani Abbasiyah
Perluasan wilayah Arab pada masa dinasti bani Abbasiyah akan dijelaskan melalui gambar peta di bawah ini :






                  Gambar 1.03. peta wilayah kekuasaan dinasti bani Abbasiyah
e.       Pasca Runtuhnya Khilafah (Turki Usmani)
Kemudian pada akhir kekhalifahan Turki Usmani, Luas wilayah Arab berkurang seperti yang akan dipaparkan pada peta berikut :
                                    Gambar 1.04. peta wilayah dinasti Turki Usmani
f.       Wilayah Arab pada masa Modern.
Adapun saat ini wilayah Arab sudah terpecah-pecah menjadi Negara-negara kecil seperti yang terlihat pada peta di bawah ini :




                                    Gambar 1.05. peta wilayah Timur Tengah saat ini.
D. Asimilasi Arab-non Arab
Sebagai akibat dari perluasan wilayah itu, asimilasi Arab dengan non Arab di berbagai bidang pun tak dapat dihindarkan. Di antaranya adalah sebagai berikut :
a.      Bidang Kependudukan
Seiring dengan meluasnya wilayah Arab, bertambah pula ragam etnis dan pengetahuan perbedaan kondisi alam antar wilayah. Hal ini memancing masyarakat Arab yang tinggal di tempat yang gersang pindah ke tempat wilayah yang subur, dari desa pedalaman pindah ke kota bahkan banyak pula yang pindah ke wilayah etnis lain. Perpindahan ini lambat laun akan mempengaruhi bahasa, watak dan gaya hidup masyarakat Arab.
b.      Bidang Keilmuwan
Dalam ranah keilmuwan, asimilasi terjadi umumnya dalam metode penelitian, objek dan cara penyimpanannya. Sebelum terjadi perluasan wilayah, kaum ilmuwan pada daerah tertentu hanya meneliti hal-hal yang ada dengan metode dirinya sendiri lalu mengemasnya dengan caranya yang bisa jadi berbeda dengan cara mengemasan ilmuwan pada daerah lain. Lalu setelah terjadi perluasan, ilmuwan antar daerah saling bertemu dan saling belajar-mengajar, sehingga terjadilah kombinasi dari berbagai metode penelitian dan pengembangan, diskusi-diskusi dan pengemasan atau penyimpanan mulai diperbaiki hingga berdirilah perpustakaan, laboraturium dan tempat-tempat berkumpul kaum ilmuwan.
Berkat fasilitas yang semakin memadai, banyak hal-hal baru yang ditemukan sehingga menambah khazanah keilmuan dan melengkapi fasilitas-fasilitas kehidupan masyarakat. Baik bidang kedokteran, arsitektur, tata kota dan lain-lain semakin modern.
c.       Bidang Politik
Meluasnya wilayah suatu Negara menuntut adanya sistem administrasi yang semakin kompleks dan bisa jadi sedikit rumit, begitu juga dengan sistem birokrasi dalam pemerintahan yang mana hal ini akan masuk dalam ranah politik. Wilayah yang luas jika tidak dilengkapi dengan pengawasan dan sistem administrasi dan birokrasi yang mapan, akan menimbulkan berbagai macam celah yang mengancam kesatuan dan persatuan suatu Negara.
Demikian halnya dengan bangsa Arab, di akhir-akhir masa dinasti Abbasiyah di mana wilayah kekuasaan mencapai puncak-puncaknya, malah menjadi kacau karena sistem administrasi, birokrasi dan kontrolisasi tidak rapi. Ditambah dengan kurang cakap dan rendahnya wibawa khalifah-khalifah dalam memimpin Negara, celah kehancuran benar-benar didepan mata. Sehingga ketika datang serangan yang begitu dahsyat dari pasukan mongol yang dipimpin Hulagu Khan, khalifah tidak berdaya dan mudah dihancurkan begitu saja.
Suasana perpolitikan sebelum masa kehancuran juga tak lepas dari berbagai macam konspirasi-konspirasi jahat. Mulai menyatunya berbagai etnis dalam satu negara, menimbulkan kecemburuan social ketika hanya satu etnis yang menduduki jabatan tinggi. Masing-masing etnis berlomba-lomba mengunggulkan etnisnya dan menghalalkan segala cara.
d.      Bidang Kebahasaan
Wilayah yang begitu luas, terdiri dari berbagai ras, suku dan etnis yang berbeda-beda tentu memiliki bahasa yang berbeda-beda pula. Walaupun pada bahasa Arab menjadi bahasa resmi dan bahasa administrasi negara, bercampurnya bahasa-bahasa asing tetap mempunyai andil besar dalam merusak bahasa Arab. Berawal dari bercampurnya bahasa dalam kehidupan sehari-hari, lambat laun akan terbawa dalam bahasa resmi, karya sastra bahkan bahasa administrasi.
H. Liga Arab
Pan-Arabisme dan Pan-Islamisme yang hadir sebagai ideologi baru pada awal abad 19 bagi bangsa Arab, mendorong negara-negara Arab untuk bersatu. Kesadaran ini lahir karena ada penderitaan dan kebutuhan yang sama dalam politik, ekonomi dan social sehingga sangat perlu dibentuknya sebuah lembaga yang menyatukan mereka. Liga Arab pun dibentuk atas dasar kebutuhan dan kesepakatan negara-negara Arab ini.
a.      Sejarah berdirinya
        Dalam usaha perlawannya kepada Pemerintahan Ottoman Turki pada Perang Dunia I, Ratu Inggris meminta bantuan kepada negara-negara Arab, untuk itu penting untuk menyatukan negara-negara Arab agar mudah dalam koordinasi dan memimpin negara-negara Arab dalam pemberontakannya melawan Ottoman Turki. Untuk melakukannya, Inggris menjamin perlindungan dan mempelopori bersatunya negara-negara Arab ini.
         Salah satu janji Inggris jika memenangkan peperangan ini adalah membantu Arab membangun sebuah persatuan di bawah naungan Sherif Hussein di Mekah yang pada saat itu seluruh dunia Arab berada di bawah kekuasaannya. Namun, Inggris mengingkari janjinya. Setelah memenangkan peperangan, ia malah membagi-bagi Arab menjadi Negara bagian kecil-kecil dengan menerapkan kebijakan “Devide and Rule”.
         Inggris kembali membutuhkan bantuan Arab ketika perang dunia II meletus dan mengumbar janji manis yang sama. Namun, mayoritas intelektual Arab percaya bahwa Inggris tidak menginginkan persatuan Arab bahkan ingin memecah belah Arab.
         Berdasarkan pengalaman tersebut, akhirnya pemerintah Mesir mengajukan proposal pembentukan sebuah organisasi yang nyata untuk mewujudkan persatuan Arab pada tahun 1943. Pada tahun 1945, Mesir, Suriah, Yaman, Irak dan Arab Saudi menandatangani perjanjian Pact of The League of Arab States di Kairo.

b.      Anggota
Adapun anggota-anggota Liga Arab saat ini berjumlah 23 negara, yaitu :
Nama Negara
Ibukota
Tanggal bergabung
Benua
Mesir
Kairo
22 Maret 1945
Afrika
Irak
Bagdad
22 Maret 1945
Asia
Yordania
Amman
22 Maret 1945
Asia
Lebanon
Beirut
22 Maret 1945
Asia
Arab Saudi
Riyadh
22 Maret 1945
Asia
Suriah
Damaskus
22 Maret 1945
Asia
Yaman
Sana’a
5 Mei 1945
Asia
Libya
Tripoli
28 Maret 1953
Afrika
Sudan
Khartoum
19 Januari 1956
Afrika
Maroko
Rabat
01 Oktober 1958
Afrika
Tunisia
Tunis
01 Oktober 1958
Afrika
Kuwait
Kota Kuwait
20 Juli 1961
Asia
Aljazair
Aljir
16 Agustus 1962
Afrika
Uni Emirat Arab
Abu Dhabi
12 Juni 1971
Asia
Bahrain
Al-Manamah
11 September 1971
Asia
Qatar
Doha
11 September 1971
Asia
Oman
Muskat
29 September 1971
Asia
Mauritania
Nouakchott
26 November 1973
Afrika
Somalia
Mogadishu
14 Februari 1974
Afrika
Palestina
Yerusalem (dinyatakan)
09 September 1976
Asia
Djibouti
Kota Djibouti
09 April 1977
Afrika
Komoro
Moroni
20 November 1993
Afrika

c.       Peta Liga Arab




Daftar Pustaka
Jurnal “PAN-ARABISME DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERAN LIGA ARAB DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TIMUR TENGAH” oleh Evie Aprilianty, FPIPS-UPI
Philipn K Hitti. Dunia Arab Sejarah Ringkas. Bandung: Sumur Bandung (cetakan ke tujuh)
Philip K. Hitti. History of the Arabs. Serambi. Jakarta. 2010 (terjemahan).
Kitab At Taarikh, seri Silsilah Al Lughah Al Arobiyah mustawa 4.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Followers

Search

Pages

Blogger templates

Blogger news

Social Media Sharing by CB Bloggerz

Visitors

AmazingCounters.com

Blogroll

BlogBlogs

Listen to Quran