Perluasan Masyarakat Arab
Oleh
Ririn
Widiyastuti (0401514019)
Sastra
Arab, Universitas Al-Azhar Indonesia
Abstrak
Sebagai suatu bangsa yang memiliki karakter kuat di tengah bangsa-bangsa
besar yang lain, Arab adalah bangsa yang melakukan perluasan wilayah secara
luar biasa. Hampir dua per tiga daratan di muka bumi pernah dinaungi oleh kaum
keturunan bangsa semit ini. Namun, perjalanan ini pun tidak mudah. Ada
tahapan-tahapan tertentu yang dilewati hingga mencapai luas maksimal.
Pertumbuhan hijaz jahiliyah sampai hijaz modern adalah kajian yang menarik
untuk dipelajari. Jurnal ini akan memaparkan hal tersebut secara ringkas.
Keyword : Arab, perluasan, hijaz.
A. Pendahuluan
Islam adalah agama yang diturunkan, tumbuh dan berkembang dari
Arab. Namun kala itu, Arab hanya sebatas daerah hijaz atau hanya wilayah Mekkah
dan Madinah. Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya Islam di hijaz,
daerah-daerah sekitarnya ditakhlukkan dan ada yang menyatakan tunduk di bawah
naungan islam, menjadi bagian dari hijaz.
Pasca kematian rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallama, dan estafet
kepemimpinan islam diteruskan oleh khulafaur rasyidi, penyebaran agama
islam dilakukan secara maksimal dan berkesinambungan. Di antara 4 khulafaur
rasyidin, penyebaran islam dan perluasan wilayah terjadi secara besar-besaran
ada pada masa khalifah Umar Bin Khattab (kitab tarikh mustawa 4, silsilah….).
Lalu perkembangan pesat dalam perluasan terjadi pada dinasti bani
Umayyah dan bani Abbasiyah. Pada masa bani Abbasiyah, luas wilayah islam berada
pada puncaknya. Lebih lengkapnya akan dibahas di jurnal ini.
B. Motif Perluasan
Meluasnya daerah yang kita sebut hijaz yang awalnya hanya sebatas
mekah dan madinah, kini menjadi sebuah negara Arab Saudi secara menyeluruh ini
memiliki beberapa faktor-faktor atau motif perluasan. Di antaranya adalah :
a.
Perintah Allah
Allah menurunkan risalah-Nya pada
manusia melalui para nabi dan rasul. Nabi dan rasul diperintahkan untuk menyebarkan
risalah tauhid pada masyarakatnya saja. Namun, pada masa nabi Muhammad Shallahu
‘alaihi wa sallama, Allah memerintahkan untuk menyebarkannya pada masyarakat
mekah dan madinah saja, namun kepada seluruh umat manusia secara keseluruhan.
Perintah ini disampaikan nabi pada
saat pertama kali beliau berdakwah secara terang-terangan. Ketika itu beliau
naik ke bukit Shafa dan mengumpulkan semua kaum Qurays dari berbagai bani. Dan
berkata :
“ Wahai bani Abdul Muthallib, wahai
bani Abdu Manaf, wahai bani Zuhroh, wahai bani Tamim, wahai bani Makhzhum, maka
berkumpullah mereka kepadanya –rasu-, bagaimana pendapat kalian jika aku
mengabarkan kepada kalian bahwa ada sekelompok penunggang kuda dari balik bukit
ini dating menyerang kalian, apakah kalian akan percaya kepadaku?, mereka
berkata “benar,tidaklah kami melihat bahwa engkau adalah seorang pendusta”,
beliau berkata “ Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepada kalian dan
aku adalah utusan Allah kepada kalian pada khususnya dan kepada umat manusia
secara keseluruhan……”. (Shahih Muslim,194).
b.
Menyebarkan Risalah
Dakwah islam pada awalnya dilakukan
secara sembunyi-sembunyi lalu turun ayat yang memerintahkan untuk dakwah secara
terang-terangan, yakni Q.S Al-Hijr ayat 94. Dakwah secara terang-terangan ini
mendapat reaksi keras dari kaum Qurays. Namun, pemeluk islam mulai bertambah.
Bertambahnya jumlah pemeluk islam ini membuat kaum Qurays geram dan menambah
ancaman bahkan siksaan kepada pemeluk islam.
Berbagai ancaman
dan siksaan diterima oleh kaum muslimin, sehingga rasulullah memerintahkan
untuk hijrah ke Habasyah, lalu hijrah ke madinah. Perjuangan dakwah terus
mendapat perlawanan bahkan sampai pada peperangan. Hingga sampai pada Fathu
Makkah. Pada saat inilah kaum Qurays tunduk pada Islam dan Mekah sepenuhnya
berada di bawah kekuasaan islam.
Demikian
seterusnya sejak Fathu Makkah, makin banyak suku-suku di sekitar Mekah dan
Madinah yang tunduk dan menyerahkan diri kepada Islam. Hal ini menyebabkan
wilayah islam semakin meluas.
C. Tahapan Perluasan
a. Masa Shadrul Islam
Pada awal masa islam hingga wafatnya rasulullah shallahu ‘alaihi
wasallama, wilayah islam baru sekitar Mekah, Madinah dan daerah-daerah
sekitarnya.
b.
Masa Khulafaur rasyidin
1.
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Nama : Abdullah ibn Abi
Qahafah Usman
Bani : Bani Tamim, Qurays
Periode Kepemimpinan : 2 tahun, 9 bulan, 3 hari.
Ekspansi : - Persia (awal penakhlukan)
-
Irak
-
Syam
-
Romawi
2.
Umar Bin Khattab
Nama : Umar Ibn Al Khattab ibn Nufail
Bani : Bani ‘Adi, Qurays
Periode Kepemimpinan : 13 tahun, 6 bulan
Ekspansi : Penakhlukan wilayah Syam, Romawi, Persia lebih luas dari
masa Abu Bakar Ash Shiddiq, diikuti Negara-negara di sekitarnya.
-
Daerah
Mada’in (sekitar sungai Trigis)
-
Ibu
kota Persia
-
Palestina
-
Al-Quds
-
Mesir
-
Babilonia
-
Wilayah
sungai Sand (sekarang Pakistan).
-
Wilayah
sungai Jaikhun (sekarang Libya)
3.
Usman bin Affan
Nama : Usman Bin Affan Bin Abi Al-Ash
Bani : Bani Umayyah, Qurays
Periode Kepemimpinan : 12 tahun
Ekspansi : - Khurrasan
-
Iran,
Afganistan, Turkistan
-
Adzar
Baijan
-
Thobaristan
-
Turki
4.
Ali bin Abi Thalib
Nama : Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib
Bani : Qurays
Periode Kepemimpinan : 5 tahun
Ekspansi : - pada masa Ali bin Abi Thalib, hanya terjadi sedikit
perluasan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya fitnah-fitnah dan pergolakan
internal.
c.
Masa Dinasti Bani Umayyah
Perluasan wilayah Arab pada masa bani Umayyah akan dijelaskan
melalui 2 gambar peta berikut ini :
Gambar 1.01. perkembangan wilayah
pada masa Rasulullah
hingga dinasti Bani Umayyah
Gambar 1.02. peta ekspansi pada masa
dinasti Umayyah
d.
Masa
Dinasti Bani Abbasiyah
Perluasan
wilayah Arab pada masa dinasti bani Abbasiyah akan dijelaskan melalui gambar
peta di bawah ini :
Gambar
1.03. peta wilayah kekuasaan dinasti bani Abbasiyah
e.
Pasca Runtuhnya Khilafah (Turki Usmani)
Kemudian pada akhir kekhalifahan Turki Usmani, Luas wilayah Arab
berkurang seperti yang akan dipaparkan pada peta berikut :
Gambar
1.04. peta wilayah dinasti Turki Usmani
f.
Wilayah Arab pada masa Modern.
Adapun
saat ini wilayah Arab sudah terpecah-pecah menjadi Negara-negara kecil seperti
yang terlihat pada peta di bawah ini :
Gambar 1.05. peta
wilayah Timur Tengah saat ini.
D. Asimilasi Arab-non Arab
Sebagai akibat dari perluasan wilayah itu, asimilasi Arab dengan
non Arab di berbagai bidang pun tak dapat dihindarkan. Di antaranya adalah
sebagai berikut :
a.
Bidang Kependudukan
Seiring dengan meluasnya wilayah
Arab, bertambah pula ragam etnis dan pengetahuan perbedaan kondisi alam antar
wilayah. Hal ini memancing masyarakat Arab yang tinggal di tempat yang gersang
pindah ke tempat wilayah yang subur, dari desa pedalaman pindah ke kota bahkan
banyak pula yang pindah ke wilayah etnis lain. Perpindahan ini lambat laun akan
mempengaruhi bahasa, watak dan gaya hidup masyarakat Arab.
b.
Bidang Keilmuwan
Dalam ranah keilmuwan, asimilasi
terjadi umumnya dalam metode penelitian, objek dan cara penyimpanannya. Sebelum
terjadi perluasan wilayah, kaum ilmuwan pada daerah tertentu hanya meneliti
hal-hal yang ada dengan metode dirinya sendiri lalu mengemasnya dengan caranya
yang bisa jadi berbeda dengan cara mengemasan ilmuwan pada daerah lain. Lalu
setelah terjadi perluasan, ilmuwan antar daerah saling bertemu dan saling belajar-mengajar,
sehingga terjadilah kombinasi dari berbagai metode penelitian dan pengembangan,
diskusi-diskusi dan pengemasan atau penyimpanan mulai diperbaiki hingga
berdirilah perpustakaan, laboraturium dan tempat-tempat berkumpul kaum ilmuwan.
Berkat fasilitas yang semakin
memadai, banyak hal-hal baru yang ditemukan sehingga menambah khazanah keilmuan
dan melengkapi fasilitas-fasilitas kehidupan masyarakat. Baik bidang
kedokteran, arsitektur, tata kota dan lain-lain semakin modern.
c.
Bidang Politik
Meluasnya wilayah suatu Negara
menuntut adanya sistem administrasi yang semakin kompleks dan bisa jadi sedikit
rumit, begitu juga dengan sistem birokrasi dalam pemerintahan yang mana hal ini
akan masuk dalam ranah politik. Wilayah yang luas jika tidak dilengkapi dengan
pengawasan dan sistem administrasi dan birokrasi yang mapan, akan menimbulkan
berbagai macam celah yang mengancam kesatuan dan persatuan suatu Negara.
Demikian halnya dengan bangsa Arab,
di akhir-akhir masa dinasti Abbasiyah di mana wilayah kekuasaan mencapai
puncak-puncaknya, malah menjadi kacau karena sistem administrasi, birokrasi dan
kontrolisasi tidak rapi. Ditambah dengan kurang cakap dan rendahnya wibawa
khalifah-khalifah dalam memimpin Negara, celah kehancuran benar-benar didepan
mata. Sehingga ketika datang serangan yang begitu dahsyat dari pasukan mongol
yang dipimpin Hulagu Khan, khalifah tidak berdaya dan mudah dihancurkan begitu
saja.
Suasana perpolitikan sebelum masa
kehancuran juga tak lepas dari berbagai macam konspirasi-konspirasi jahat.
Mulai menyatunya berbagai etnis dalam satu negara, menimbulkan kecemburuan
social ketika hanya satu etnis yang menduduki jabatan tinggi. Masing-masing etnis
berlomba-lomba mengunggulkan etnisnya dan menghalalkan segala cara.
d.
Bidang Kebahasaan
Wilayah yang begitu luas, terdiri
dari berbagai ras, suku dan etnis yang berbeda-beda tentu memiliki bahasa yang
berbeda-beda pula. Walaupun pada bahasa Arab menjadi bahasa resmi dan bahasa
administrasi negara, bercampurnya bahasa-bahasa asing tetap mempunyai andil
besar dalam merusak bahasa Arab. Berawal dari bercampurnya bahasa dalam
kehidupan sehari-hari, lambat laun akan terbawa dalam bahasa resmi, karya
sastra bahkan bahasa administrasi.
H. Liga Arab
Pan-Arabisme dan Pan-Islamisme yang hadir sebagai ideologi baru
pada awal abad 19 bagi bangsa Arab, mendorong negara-negara Arab untuk bersatu.
Kesadaran ini lahir karena ada penderitaan dan kebutuhan yang sama dalam politik,
ekonomi dan social sehingga sangat perlu dibentuknya sebuah lembaga yang
menyatukan mereka. Liga Arab pun dibentuk atas dasar kebutuhan dan kesepakatan
negara-negara Arab ini.
a.
Sejarah berdirinya
Dalam usaha
perlawannya kepada Pemerintahan Ottoman Turki pada Perang Dunia I, Ratu Inggris
meminta bantuan kepada negara-negara Arab, untuk itu penting untuk menyatukan
negara-negara Arab agar mudah dalam koordinasi dan memimpin negara-negara Arab
dalam pemberontakannya melawan Ottoman Turki. Untuk melakukannya, Inggris
menjamin perlindungan dan mempelopori bersatunya negara-negara Arab ini.
Salah satu janji
Inggris jika memenangkan peperangan ini adalah membantu Arab membangun sebuah
persatuan di bawah naungan Sherif Hussein di Mekah yang pada saat itu seluruh
dunia Arab berada di bawah kekuasaannya. Namun, Inggris mengingkari janjinya.
Setelah memenangkan peperangan, ia malah membagi-bagi Arab menjadi Negara
bagian kecil-kecil dengan menerapkan kebijakan “Devide and Rule”.
Inggris kembali
membutuhkan bantuan Arab ketika perang dunia II meletus dan mengumbar janji
manis yang sama. Namun, mayoritas intelektual Arab percaya bahwa Inggris tidak
menginginkan persatuan Arab bahkan ingin memecah belah Arab.
Berdasarkan
pengalaman tersebut, akhirnya pemerintah Mesir mengajukan proposal pembentukan
sebuah organisasi yang nyata untuk mewujudkan persatuan Arab pada tahun 1943.
Pada tahun 1945, Mesir, Suriah, Yaman, Irak dan Arab Saudi menandatangani
perjanjian Pact of The League of Arab States di Kairo.
b.
Anggota
Adapun anggota-anggota Liga Arab saat ini berjumlah 23 negara,
yaitu :
Nama
Negara
|
Ibukota
|
Tanggal
bergabung
|
Benua
|
Mesir
|
Kairo
|
22
Maret 1945
|
Afrika
|
Irak
|
Bagdad
|
22
Maret 1945
|
Asia
|
Yordania
|
Amman
|
22
Maret 1945
|
Asia
|
Lebanon
|
Beirut
|
22
Maret 1945
|
Asia
|
Arab
Saudi
|
Riyadh
|
22
Maret 1945
|
Asia
|
Suriah
|
Damaskus
|
22
Maret 1945
|
Asia
|
Yaman
|
Sana’a
|
5
Mei 1945
|
Asia
|
Libya
|
Tripoli
|
28
Maret 1953
|
Afrika
|
Sudan
|
Khartoum
|
19
Januari 1956
|
Afrika
|
Maroko
|
Rabat
|
01
Oktober 1958
|
Afrika
|
Tunisia
|
Tunis
|
01
Oktober 1958
|
Afrika
|
Kuwait
|
Kota
Kuwait
|
20
Juli 1961
|
Asia
|
Aljazair
|
Aljir
|
16
Agustus 1962
|
Afrika
|
Uni
Emirat Arab
|
Abu
Dhabi
|
12
Juni 1971
|
Asia
|
Bahrain
|
Al-Manamah
|
11
September 1971
|
Asia
|
Qatar
|
Doha
|
11
September 1971
|
Asia
|
Oman
|
Muskat
|
29
September 1971
|
Asia
|
Mauritania
|
Nouakchott
|
26
November 1973
|
Afrika
|
Somalia
|
Mogadishu
|
14
Februari 1974
|
Afrika
|
Palestina
|
Yerusalem
(dinyatakan)
|
09
September 1976
|
Asia
|
Djibouti
|
Kota
Djibouti
|
09
April 1977
|
Afrika
|
Komoro
|
Moroni
|
20
November 1993
|
Afrika
|
c.
Peta Liga Arab
Daftar Pustaka
Jurnal “PAN-ARABISME
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERAN LIGA ARAB DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TIMUR
TENGAH” oleh Evie Aprilianty, FPIPS-UPI
Philipn
K Hitti. Dunia Arab Sejarah Ringkas. Bandung: Sumur Bandung (cetakan ke
tujuh)
Philip
K. Hitti. History of the Arabs. Serambi. Jakarta. 2010
(terjemahan).
Kitab
At Taarikh, seri Silsilah Al Lughah Al Arobiyah mustawa 4.
0 comments:
Post a Comment