About This Blog

Our Blogger Templates Web Design

Pink Diamond
RSS

Demokrasi Semakin Basi


Tema : Kisruh Politik dan Nasib Rakyat


            Demokrasi yang selama digembar-gemborkan para ‘kaisar’ negara bisa membenahi dan membawa bumi nusantara menjadi lebih baik, kini nampak hanya bualan semata. Sistem yang konon bisa mempersatukan kaum elit politik dan kaum sipil, kini nyata hanya mimpi belaka. Luka yang selama ini bersarang tepat di jantung ibu pertiwi semakin terbuka. Menjadi penyakit menahun masa demi masa. Hal yang nyaris bisa kita rasa dalam tiap periode kepemimpinan para presiden kita. 

Berawal dari rezim Soekarno yang diktator-otorianisme berlabel Demokrasi Terpimpin  yang  menjalankan roda pemerintahan pribadi dengan sangat otoriter dan sentralistik. Kemudian beralih ke rezim Soeharto dengan Orde Baru-nya berhasil membangun dinasti politik berjubah Demokrasi Pancasila. Keduanya gagal membangun sistem tata negara dan politik yang apik.

Habibie, kaisar demokrasi Indonesia selanjutnya yang dipandang representasi dari kaum sipil dan elemen berkekuatan islam pun gagal menata kisruh politik di era kekaisarannya. Terlebih Gus Dur dan Megawati yang dipandang kurang lincah dan tanggap untuk memainkan peran ‘kaisar’ di  Indonesia,. Dikarenakan minimnya pengalaman terjun langsung dalam lebatnya belantara perpolitikan nusantara, lantaran keduanya seolah ‘disingkirkan’ dalam taman bermain tersebut pada era Soeharto. 

SBY yang bernafas agak panjang saat memimpin Republik ini sedikit dapat memperbaiki kondisi walaupun tidak semua sisi. Beliau dengan segenap pasukan KPK-nya berjihad dalam perang suci melawan KKN dan membuat kaum elit politik kelabakan. Namun, perang suci ini  justru dihambat (baca:dihentikan) oleh bawahan dan lawan politiknya melalui berbagai jalur. Diantaranya jalur eksekutif, legislative, orpol, ormas, hingga media. Sehingga menyulitkan SBY menyentuh mereka secara hukum.

Kini Jokowi tampil sebagai kaisar baru. Gelanggang politik semakin panas. Belum setahun menjadi pemimpin negeri, ia menembakkan beberapa kebijakan yang justru membuat hati rakyat memanas. Tokoh yang diyakini sebagai ‘Satria Piningit’ ini justru berubah menjadi sosok ‘ Batara Kala’ hanya dalam sekejap. Kekacauan politik semakin erat mendekap. Mafia politik dan ekonomi semakin sulit di tangkap. Para tersangka yang ditangkap pun bebas dalam sekejap.

Demokrasi dengan segala macam jenisnya yang telah diterapkan di bumi pertiwi ini belum juga mampu membuat rakyat sejahtera. Sistem yang seharusnya bisa mengharmoniskan hubungan kaum elit politik dan kaum sipil ini justru malah sebaliknya, hanya menjadikan mereka lahan garapan kaum elit politik untuk mensejahterakan diri dan fraksinya dengan menempuh segala cara. Meskipun dengan saling menghujat dan menjatuhkan antar fraksi, KKN, bahkan memanipulasi partisipan sendiri dengan rayuan gombal yang diumbar dengan mesra. Dianggapnya kaum sipil hanya sapi perah sarana pemuas dahaga politik nya, lalu membiarkan mereka sengsara.

Rakyat semakin menderita, kesejahteraan yang selalu dijanji-janjikan semakin jauh dari pelupuk mata. Kaum elit politik sibuk memperebutkan harta dan tahta bahkan wanita. Luka lama ibu pertiwi kembali menganga dan selalu terbuka. Bahkan semakin dalam terasa. Ibu pertiwi merindukan dan menanti harapan yang nyata akan kehadiran sang ‘putra mahkota’ yang bisa menyembuhkan duka nestapanya.

           

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment

Followers

Search

Pages

Blogger templates

Blogger news

Social Media Sharing by CB Bloggerz

Visitors

AmazingCounters.com

Blogroll

BlogBlogs

Listen to Quran