Abstrak
Membaca dan menulis adalah aktivitas
intelektual yang sangat efektif menumbuhkembangkan sel-sel otak. Keduanya
juga merupakan latihan yang bagus bagi otak untuk fokus. Terus tumbuh dan
berkembangnya otak serta fokus yang bagus adalah kunci untuk meningkatkan
kecerdasan (baca :semua tipe kecerdasan). Kecerdasan yang tinggi berbanding
lurus dengan kesuksesan, dan berbanding terbalik dengan kegagalan.
Ada dua hal
penting yang menjadi barometer tingginya kualitas suatu sekolah atau institusi
pendidikan. Kedua barometer itu ialah perpustakaan yang selalu ramai oleh
pembaca dan kegiatan ekstrakurikuler atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
yang aktif. Ramainya perpustakaan oleh pembaca, tingginya tingkat distribusi
peminjaman buku dan melimpahnya ragam koleksi buku adalah simbol tingginya
tingkat kegiatan intelektual yang mewarnai sekolah atau institusi pendidikan.
Sedangkan,
aktifnya ekstrakulikuler atau UKM adalah lambang dinamisasi daya kreatifitas
positif dan antusiasme yang tinggi para pelajar atau mahasiswa dalam
menyalurkan hobby untuk
mengembangkan minat dan bakatnya, hingga lahirlah karya-karya dan
prestasi-prestasi gemilang mereka.
Dewasa ini, dua
barometer tersebut kurang menonjol di sekolah-sekolah atau institusi
pendidikan. Ekstrakurikuler hanya aktif dan berkembang di sekolah-sekolah dan
institusi pendidikan favorit atau mahal. Sedangkan ramainya perpustakaan lebih
mengenaskan lagi, ia hanya terdapat di institusi yang terfavorit saja.
Perpustakaan
adalah ‘surga’ bagi para pembaca. Penghuni surga itu pun diyakini sebagai
kaum atau calon kaum intelektual. Namun belakangan jumlah ‘penghuni surga’ itu
kian menyusut. Minat membaca kian menguap setelah hadirnya zaman digitalisasi.
Untuk memperoleh informasi dan hiburan, orang cenderung memilih mendapatkannya
dari radio, televisi atau gadget pribadi yang super privasi. Namun siapa
sangka, sarana-sarana digital yang sangat memanjakan otak ini justru malah
menghambat perkembangan sel-sel otak.
Berbicara
mengenai gadget dan ‘madzhab’ digitalisasi yang dianut oleh mayoritas penghuni
bumi ini tentu tak lepas dari internet. Ia adalah temuan luar biasa yang
diciptakan manusia di planet ini. Jaringan inilah yang menghubungkan para netter
diseluruh dunia dan sumber informasi yang tidak terbatas. Sangat bisa dipahami
bahwa internet adalah sumber pencarian informasi yang baik. Tetapi masalahnya
ada pada cara kita menggunakan dan menyimpan informasi ini.
Menurut Nicholas
Kar, penulis buku “ What the Internet is Doing to Our Brains”, ada tiga hal
pengaruh internet kepada otak. Yakni, pertama sulit fokus atau konsentrasi,
kedua mudah melupakan informasi-informasi yang penting dan yang ketiga
menyebabkan kedangkalan berfikir. Hal ini dapat terjadi karena pada saat
membaca informasi melalui gadget, sebenarnya kita sedang tidak sepenuhnya
fokus. Mungkin pada saat yang sama kita juga mendengarkan musik, update status
dan komentar di media sosial, lalu nonton video yang di share teman kita
dan banyak aktivitas sederhana lain yang membuat perhatian kita terbagi. Fokus
menjadi terbagi-bagi dalam satu waktu dan informasi yang kita baca hanya
tersimpan dalam memori jangka pendek yang sangat mudah dilupakan.
Dalam ilmu
Hypnosis, fokus manusia terbagi menjadi empat. Pertama Fokus Delta, atau fokus
nol, misalnya orang yang tidur sangat nyenyak. Kedua Fokus Teta, atau fokus
satu, misalnya orang yang terhipnotis karena hanya mengikuti apa kata
hipnotistnya. Ketiga Fokus Alfa,atau fokus 1 tapi ada fokus lain yang
menunjang, misalnya belajar sambil mendengarkan musik. Keempat Fokus Betha,
lebih dari 1 fokus, bisa 3-9 fokus. Dan Fokus Betha inilah yang diadopsi otak
kita saat menggunakan gadget terlalu sering. Sehingga, banyak informasi penting
yang hanya ‘mampir’ ke memori jangka pendek.
Nicholas Kar
juga menjelaskan bahwa sebuah informasi membutuhkan beberapa waktu dan fokus
yang lebih agar informasi itu berpindah dari memori jangka pendek ke memori
jangka panjang. Dimana informasi akan lebih terjaga dan tersimpan dalam jangka
waktu yang lama. Proses ini disebut “Memory Consolidation”.
Berbeda halnya
dengan membaca, kegiatan ini memberikan latihan yang berbeda kepada otak
dibandingkan menonton TV, gadget atau mendengarkan radio. Saat membaca orang dituntut
untuk berfikir lebih keras dan lebih fokus. Hal ini merangsang sel-sel otak
untuk terus tumbuh dan terhubung satu dengan yang lainnya. Semakin banyak
sel-sel otak yang terhubung akan semakin mudah menangkap lalu menyerap
informasi atau ilmu-ilmu baru. Pun dengan kemampuan lain seperti imajinasi,
bahasa, konsentrasi, pembelajaran asosiatif dan kemampuan kognitf yang turut
ikut berperan aktif saat membaca akan mengalami peningkatan yang signifikan.
Demikian pula
dengan menulis, aktivitas ini dapat meningkatkan daya jelajah berpikir.
Sehingga kita mampu melihat persoalan dari banyak sisi. Lalu ide dan gagasan
tersebut dituangkan dalam bentuk tulisan. Menulis adalah karya seorang pembaca.
Untuk bisa menulis dengan baik, seseorang harus banyak membaca buku, novel,
essay, artikel atau apapun yang memberikan informasi yang dibutuhkan.
Sebelum menulis,
tentu memerlukan perenungan yang tidak sebentar untuk mengubah
gagasan ke dalam untaian kata yang ringkas namun sarat akan makna. Merenung
merupakan kegiatan yang memadukan otak rasional, otak emosional-intuitif dan
otak spiritual. Hal ini dapat membawa pencerahan pada otak dan memungkinkan
pengembangan dimensi lain dari otak, serta mengasah otak intuisi sehingga
menjadi tajam.
Tak hanya dalam
intelegensia, membaca juga memberikan efek yang menakjubkan untuk kesehatan.
Diantaranya, membaca dapat menghilangkan stress, menjaga keremajaan otak,
mengurangi resiko terkena penyakit Alzheimer (penyakit sering lupa karena
faktor usia). Ada pepatah menarik tentang otak, “ you use it, or lose it”. Jika
digunakan (untuk berpikir) maka kita akan mendapatinya berkembang dan jika
tidak digunakan, maka otak menjadi tumpul. Kita akhirnya menjadi malas berpikir
dan inilah penyebab utama kebodohan.
Jadi, membaca
adalah salah satu ritual wajib untuk menumbuhkembangkan otak dan membuatnya
semakin berkilau bak intan berlian yang berujung pada peningkatan IQ dan
EQ. Kedua jenis kecerdasan ini akan sangat membantu sang pemilik otak dalam
mengarungi dan menakhlukkan ganasnya ombak kehidupan.
Ririn
Widiyastuti, mahasiswi Sastra Arab, Fakultas Sastra,
Universitas Al
Azhar Indonesia
Daftar Pustaka
Pasiak,
Dr Taufik, Unlimited Potency of the Brain,Bandung:Mizan Media Utama
0 comments:
Post a Comment