About This Blog

Our Blogger Templates Web Design

Pink Diamond
RSS

Baca Tulis Versus Digitalis (essai)




Abstrak
Membaca dan menulis adalah aktivitas intelektual yang sangat efektif menumbuhkembangkan  sel-sel otak. Keduanya juga merupakan latihan yang bagus bagi otak untuk fokus. Terus tumbuh  dan berkembangnya otak serta fokus yang bagus adalah kunci untuk meningkatkan kecerdasan (baca :semua tipe kecerdasan). Kecerdasan yang tinggi berbanding lurus dengan kesuksesan, dan berbanding terbalik dengan kegagalan.


Ada dua hal penting yang menjadi barometer tingginya kualitas suatu sekolah atau institusi pendidikan. Kedua barometer itu ialah perpustakaan yang selalu ramai oleh pembaca  dan kegiatan ekstrakurikuler atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang aktif. Ramainya perpustakaan oleh pembaca, tingginya tingkat distribusi peminjaman buku dan melimpahnya ragam koleksi buku adalah simbol tingginya tingkat kegiatan intelektual yang mewarnai sekolah atau institusi pendidikan. 

Sedangkan, aktifnya ekstrakulikuler atau UKM adalah lambang dinamisasi daya kreatifitas positif dan antusiasme yang tinggi para pelajar atau mahasiswa dalam menyalurkan hobby  untuk  mengembangkan minat dan bakatnya, hingga lahirlah karya-karya dan prestasi-prestasi gemilang mereka.
Dewasa ini, dua barometer tersebut kurang menonjol di sekolah-sekolah atau institusi pendidikan. Ekstrakurikuler hanya aktif dan berkembang di sekolah-sekolah dan institusi pendidikan favorit atau mahal. Sedangkan ramainya perpustakaan lebih mengenaskan lagi, ia hanya terdapat di institusi yang terfavorit saja.

Perpustakaan adalah ‘surga’ bagi para pembaca. Penghuni surga  itu pun diyakini sebagai kaum atau calon kaum intelektual. Namun belakangan jumlah ‘penghuni surga’ itu kian menyusut. Minat membaca kian menguap setelah hadirnya zaman digitalisasi. Untuk memperoleh informasi dan hiburan, orang cenderung memilih mendapatkannya dari radio, televisi atau gadget pribadi yang super privasi. Namun siapa sangka, sarana-sarana digital yang sangat memanjakan otak ini justru malah menghambat perkembangan sel-sel otak.

Berbicara mengenai gadget dan ‘madzhab’ digitalisasi yang dianut oleh mayoritas penghuni bumi ini tentu tak lepas dari internet. Ia adalah temuan luar biasa yang diciptakan manusia di planet ini. Jaringan inilah yang menghubungkan para netter diseluruh dunia dan sumber informasi yang tidak terbatas. Sangat bisa dipahami bahwa internet adalah sumber pencarian informasi yang baik. Tetapi masalahnya ada pada cara kita menggunakan dan menyimpan informasi ini.

Menurut Nicholas Kar, penulis buku “ What the Internet is Doing to Our Brains”, ada tiga hal pengaruh internet kepada otak. Yakni, pertama sulit fokus atau konsentrasi, kedua mudah melupakan informasi-informasi yang penting dan yang ketiga menyebabkan kedangkalan berfikir. Hal ini dapat terjadi karena pada saat membaca informasi melalui gadget, sebenarnya kita sedang tidak sepenuhnya fokus. Mungkin pada saat yang sama kita juga mendengarkan musik, update status dan komentar di media sosial, lalu nonton video yang di share teman kita dan banyak aktivitas sederhana lain yang membuat perhatian kita terbagi. Fokus menjadi terbagi-bagi dalam satu waktu dan informasi yang kita baca hanya tersimpan dalam memori jangka pendek yang sangat mudah dilupakan.

Dalam ilmu Hypnosis, fokus manusia terbagi menjadi empat. Pertama Fokus Delta, atau fokus nol, misalnya orang yang tidur sangat nyenyak. Kedua Fokus Teta, atau fokus satu, misalnya orang yang terhipnotis karena hanya mengikuti apa kata hipnotistnya. Ketiga Fokus Alfa,atau  fokus 1 tapi ada fokus lain yang menunjang, misalnya belajar sambil mendengarkan musik. Keempat Fokus Betha, lebih dari 1 fokus, bisa 3-9 fokus. Dan Fokus Betha inilah yang diadopsi otak kita saat menggunakan gadget terlalu sering. Sehingga, banyak informasi penting yang hanya ‘mampir’ ke memori jangka pendek.

Nicholas Kar juga menjelaskan bahwa sebuah informasi membutuhkan beberapa waktu dan fokus yang lebih agar informasi itu berpindah dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Dimana informasi akan lebih terjaga dan tersimpan dalam jangka waktu yang lama. Proses ini disebut “Memory Consolidation”.

Berbeda halnya dengan membaca, kegiatan ini memberikan latihan yang berbeda kepada otak dibandingkan menonton TV, gadget atau mendengarkan radio. Saat membaca orang dituntut untuk berfikir lebih keras dan lebih fokus. Hal ini merangsang sel-sel otak untuk terus tumbuh dan terhubung satu dengan yang lainnya. Semakin banyak sel-sel otak yang terhubung akan semakin mudah menangkap lalu menyerap informasi atau ilmu-ilmu baru. Pun dengan kemampuan lain seperti imajinasi, bahasa, konsentrasi, pembelajaran asosiatif dan kemampuan kognitf yang turut ikut berperan aktif saat membaca akan mengalami peningkatan yang signifikan.

Demikian pula dengan menulis, aktivitas ini dapat meningkatkan daya jelajah berpikir. Sehingga kita mampu melihat persoalan dari banyak sisi. Lalu ide dan gagasan tersebut dituangkan dalam bentuk tulisan. Menulis adalah karya seorang pembaca. Untuk bisa menulis dengan baik, seseorang harus banyak membaca buku, novel, essay, artikel atau apapun yang memberikan informasi yang dibutuhkan.

Sebelum menulis, tentu  memerlukan  perenungan yang tidak sebentar untuk mengubah gagasan ke dalam untaian kata yang ringkas namun sarat akan makna. Merenung merupakan kegiatan yang memadukan otak rasional, otak emosional-intuitif dan otak spiritual. Hal ini dapat membawa pencerahan pada otak dan memungkinkan pengembangan dimensi lain dari otak, serta mengasah otak intuisi sehingga menjadi tajam.

Tak hanya dalam intelegensia, membaca juga memberikan efek yang menakjubkan untuk kesehatan. Diantaranya, membaca dapat menghilangkan stress, menjaga keremajaan otak, mengurangi resiko terkena penyakit Alzheimer (penyakit sering lupa karena faktor usia). Ada pepatah menarik tentang otak, “ you use it, or lose it”. Jika digunakan (untuk berpikir) maka kita akan mendapatinya berkembang dan jika tidak digunakan, maka otak menjadi tumpul. Kita akhirnya menjadi malas berpikir dan inilah penyebab utama kebodohan.

Jadi, membaca adalah salah satu ritual wajib untuk menumbuhkembangkan otak dan membuatnya semakin berkilau bak intan berlian yang berujung pada  peningkatan IQ dan EQ. Kedua jenis kecerdasan ini akan sangat membantu sang pemilik otak dalam mengarungi dan menakhlukkan ganasnya ombak kehidupan.

Ririn Widiyastuti, mahasiswi Sastra Arab, Fakultas Sastra,
Universitas Al Azhar Indonesia


Daftar Pustaka

Pasiak, Dr Taufik, Unlimited Potency of the Brain,Bandung:Mizan Media Utama




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment

Followers

Search

Pages

Blogger templates

Blogger news

Social Media Sharing by CB Bloggerz

Visitors

AmazingCounters.com

Blogroll

BlogBlogs

Listen to Quran