Selama
kunjungan di Museum Wayang ini, kami mendapati beberapa tema museum baik dari
tema umum maupun tema-tema koleksi yang sesuai dengan teori-teori kebudayaan.
Adapun teori-teori kebudayaan yang kami gunakan adalah sebagai berikut :
a. Teori Koentjaraningrat (1996):
“Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta
karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan
miliknya dengan belajar”
Dan wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah :
-
Artefak
atau benda fisik.
-
Sistem
tingkah laku dan tindakan berpola.
-
Sistem
gagasan yang berpola atau ideologis
b. Teori Clifford Geertz (1973):
“Disimpulkan berdasarkan pendapat Clyde Kulckhon bahwa kebudayaan
adalah:
total cara hidup manusia; warisan sosial yang diperoleh individu
dari kelompoknya; cara berpikir-cara merasakan dan keyakinan; abstraksi dari
perilaku; endapan sejarah; seperangkat teknik untuk menyesuaikan diri baik
dengan lingkungan eksternal maupun orang lain; seperangkat teori menjelaskan
tentang cara berperilaku sekelompok orang atau individu yang sesungguhnya”
Lebih rincinya kebudayaan menurut Clifford Geertz adalah :
Historis: bawaan sosial
atau tradisi yang melewati generasi masa lalu kepada generasi masa depan.
Perilaku: sesuatu yang
dibagikan, perilaku manusia yang dipelajari, cara pandang manusia tentang
kehidupan.
Normatif: ide-ide
nilai-nilai atau aturan tentang kehidupan
Fungsional : cara manusia
memecahkan masalah lalu diadaptasikan ke dalam lingkungan dimana mereka hidup
bersama.
Struktural: keteraturan
pola gagasan, simbol atau keteraturan perilaku yang saling terkait satu sama
lain.
Mental: Kompleks
ide-ide atau kebiasaan belajar yang dapat membedakan anatara manusia dan
binatang.
Simbolis: pendasaran
makna yang ditetapkan bersama oleh masyarakat.
Dari hasil penelitian, kami
menyimpulkan bahwa tema umum dari Museum Wayang adalah Koleksi Artefak. Artefak
yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benda-benda yang menunjukkkan
kecakapan kerja manusia (terutama pada zaman dahulu). Jadi wayang adalah salah
satu artefak kebudayaan Indonesia karena ia adalah hasil kecakapan manusia
Indonesia pada zaman dahulu bahkan
hingga sekarang (nilai historis).
Wayang tidak hanya menunjukkan
kecakapan saja namun ia juga refleksi dari gambaran keadaan masyarakat setempat pada masa itu(nilai historis
dan perilaku). Misalnya pada ruangan ketiga dimana semua koleksi wayang
bertemakan Batavia, wayang-wayang
tersebut adalah miniatur orang-orang Belanda. Lalu diruangan selanjutnya
terdapat wayang yang bertema Etnis China dimana wayang-wayang tersebut
menggambarkan masyarakat tionghoa yang tinggal di Indonesia. Hal ini merupakan
salah satu wujud terjadinya proses asimilasi budaya antara negara asing dengan
Indonesia.
Adapula wayang yang merupakan
refleksi dari adat dan budaya setempat (nilai simbolis) adalah
wayang gale-gale dari Sumatra. Tradisi masyarakat sumatera salah satunya adalah
apabila ada laki-laki yang meninggal tanpa meninggalkan keturunan maka ia akan
di perlakukan berbeda dalam pemakamannya. Dan contoh penampilan sebelum di
makamkan ditampilkan sebagai bentuk wayang dimana ini menjadi salah satu
koleksi Museum Wayang.
Tradisi pernikahan, misalnya pakaian
adat pernikahan khas beberapa suku juga ditampilkan disini. Tradisi hiburan
masyarakatpun juga melengkapi koleksinya. Seperti wayang gundala-gundala yang
fungsinya sama dengan ondel-ondel yaitu untuk hiburan masyarakat dan untuk
penyambutan tamu-tamu penting.
Tokoh-tokoh penting dan terkenal
dalam suatu suku juga dibuatkan artefaknya dalam bentuk wayang boneka seperti
si Pitung yang merupakan tokoh pahlawan
masyarakat betawi.
0 comments:
Post a Comment